31 Mei 2008

A Word About: Methane, Marsh Gas and Miller's Experiment

A Word About

Methane, Marsh Gas and Miller’s Experiment

Methane is commonly found in nature wherever bacteria decompose organic matter in the absence of oxygen, as in marsh, swamps, or the muddy sediment of lakes – hence its common name, marsh gas. Is China, methane has been collected from the mud at the bottom of swamps for use in domestic cooking and lighting. Methane is similarly formed from bacteria in the digestive tracts of certain ruminant animals, such as cows.

The scale of methane productions by bacteria is considerable. The earth’s atmosphere contains an average of 1 part per million of methane. Because our planet is small and because methane is light compared to most other air constituents (O2, N2), one would expect most of the methane to escape from our atmosphere, and it has been calculated that the equilibrium concentration should be vary much less than is observed. The reason for the relatively high observed concentration is that, at the same time that methane escapes from the atmosphere, it is constantly being produced by bacterial decay of plant matter.

In cities, the amount of methane in the atmosphere reaches much higher levels, up to several parts per million. The peak concentrations come in the early morning and late afternoon, a direct correlation with the peaks of automobile traffic. Fortunately, methane, which constitutes about 50% of urban atmospheric hydrocarbon pollutants, seems to have no direct harmful effect on human health.

Methane can accumulate in coal mines, where it is a hazard. Mixed with 5 to 14% of air, methane is explosive. Also, miners can be asphyxiated by it (due to lack of sufficient oxygen). Dangerous concentrations of methane are readily detected by a variety of safety devices, including canaries, which succumb to lower concentrations of methane than are harmful to humans and alert miners to the presence of a hazard.

Methane was probably one of the main components of the earth’s atmosphere in its early years. Also, hydrogen is the most common element in the solar system (it constitutes about 87% of the sun’s mass). It is therefore reasonable that, when the planets were formed, other elements should have been present in reduced (rather than oxidized) forms: carbon as methane, nitrogen as ammonia, and oxygen as water. Indeed, some of the larger planets (such as Saturn and Jupiter), which have very strong gravitational fields and low surface temperatures that help retain light molecules, still have atmospheres that are rich in methane and ammonia.

A now-famous experiment carried out in 1955 by Stanle L Miller (working in the laboratory of H. F. Urey at Colombia University) supports the idea that life could have arisen in a reducing atmosphere. Miller found that when mixture of methane, ammonia, water, and hydrogen were subjected to electric discharges to simulate lightning, some organic compounds were formed (amino acids, for example) that are important to biology and necessary for life. Similar results have since been obtained using heat or ultraviolet light in place of electric discharges (it seems likely that the earth’s early atmosphere was subjected to much more ultraviolet light than it is now). When oxygen was added to there simulated primeval atmosphere, no amino acids were produced-strong evidence that the earth’s original atmosphere did not contain free oxygen. Miller’s experiment provided the model for much work in the branch of science now called chemical evolution, the study of chemical events that may have taken place on earth or elsewhere in the universe leading up to the appearance of the first living cell.

During the years since Miller's experiment, ideas about the chemistry of life’s origin have become more precise and sophisticated as a consequence of much experimentation and of exploration in outer space. For example, it seems likely that the main carbon source in the earth’s early atmosphere was carbon dioxide, not methane as assumed by Miller, and that hydrogen was present mainly as water rather than as hydrogen gas. (A fascinating and lucid account of our current know;adge is contained in “The Chemistry of Life’s Origin,” an article by James P. Ferris in Chemical and Engineering News, August 27, 1984, p. 22).

KENAIKAN HARGA BMM????

BBM

Semua juga sudah tahu, BBM (Bahan Bakar Minyak) berasal dari Minyak Mentah (minyak bumi) yang diambil dari perut bumi. (Kalo ngak salah pelajaran SD, SMP dan SMA sudah diberikan).

Dalam pelajaran-pelajaran tersebut tentunya sudah diberikan bahwa bahan bakar minyak termasuk bahan bakar yang tidak bisa diperbaharui. Ya tentunya suatu saat akan berkurang dan bahkan habis sama sekali. Mungkin suatu saat bisa saja harga BBM lebih mahal dari pada bahan makanan.

Tentunya semua itu sudah diajarkan. TAPI...
Kenapa kok sekarang harga BBM naik semua BINGUNG.....
Sejak awal sudah diajarkan bahwa BBM tersebut adalah bahan yang habis pakai (tidak dapat diperbaharui) trus kemana pelajaran-pelajaran yang pernah diterima ketika itu...

Lihat peristiwa akhir-akhir ini... DEMO dimana-mana...
APAKAH EFEKTIF????
TIDAK...
Lihat malah membuat masalah dimana-mana...

Lihat banyak yang MOGOK MAKAN...
APAKAH EFEKTIF???
TIDAK...
Cari penyakit sendiri. (Tapi ngak apa-apa ngurangi jatah BBM.. hahahahah)

Trus apa yang EFEKTIF???

Coba itu mahasiswa-mahasiswa yang katanya intelektual, orang-orang PINTER, orang-orang BERDUIT (kuliah kan MAHAL sekarang).
Cobalah cari ALTERNATIF atau SOLUSI bagaimana mencari pengganti BBM. Jangan membuat perkara tambahan.

DEMO = jalan menjadi MACET = bensin BOROS = BBM habis

PIKIR!!!!!!!!!!!!!!!!!!

JANGAN ASAL DEMO

Duh... Duh... Duh...

INTELEKTUAL dari mana gitu aja ngak bisa MIKIR...

isinya cuma pukul-pukulan sama POLISI... mau jadi PREMAN ngak usah KULIAH ups salah JANGAN BAWA-BAWA ALMAMATER.

21 Mei 2008

Cuapek

huaaaaaaahhhhhhhh

capek bangetszzzz
tapi seneng juga seh....

abis selamatan pernikahan adek wa... wahh..wahh.. tamunya mengalir terus kayak sungai banjir huakakakka...

yah sukur deh ngak ada halangan...

yang dateng cuma si abhoed.. huhuehueh biasa ditugasi moto :P huehueueh...

sayang yach ngak ada yang lainnya :P

tapi gpp... disini happy-happy aja :P

15 Mei 2008

Wirausaha

huakakakka...

saat ini dunia (indonesia) makin kacau saja ya... sepertinya mo reformasi tahap II neh huakakaka...

AYOOOOOOO.........

duh..duh.. masak terulang kembali kejadian-kejadian seperti pendudukan gedung MPR DPR, trisakti, semanggi

WADOOOOOHHHHHHHH...

BBM naik ????

KERJA susah???

kenapa ngak buat kerjaan sendiri :P huehuakakkaka...
WIRAUSAHA solusinya

disini ada beberapa produk yang bisa digunakan para pembaca untuk berwirausaha...

SEMOGA BERHASIL.........

PEMBUATAN YOGHURT SUSU KEDELAI

I. PENDAHULUAN

Yoghurt merupakan olahan susu dengan cara mengasamkan melalui proses fermentasi. Susu yang digunakan pada awalnya adalah susu sapi, namun dengan perkembangan zaman kini mulai dikenal yoghurt yang berasal dari susu nabati yang berasal dari olahan kacang-kacangan. Salah satu diantaranya adalah yoghurt susu kedelai.

Fermentasi dilakukan menggunakan biakan campuran Lactobacillus bulgaris dan Streptococcus thermophyllus dimana kedua mikroba ini akan bekerja secara simbiosis. Pada awalnya Strptococcus thermophyllus tumbuh lebih cepat dibandingkan Lactobacillus bulgaris. Setelah kondisi menjadi asam akibat penurunan pH, pertumbuhan Lactobacillus bulgaris terpacu sampai populasinya seimbang. Kondisi asam ini akan membentuk konsistensi menyerupai pudding yang berfungsi sebagai pengawet.

Mikroba-mikroba ini hidup dalam yoghurt, maka jika kita mengkonsumsi yoghurt berarti jutaan mikroba masuk kedalam pencernaan kita. Mikroba-mikroba ini diyakini mampu menjaga kesehatan pencernaan sehingga dapat menyehatkan tubuh. Makanan ini juga berguna bagi orang yang tidak tahan terhadap gula susu (laktosa), karena fermentasi pada proses pembuatan yoghurt ini akan menurunkan kadar laktosa susu sekitar 25%.

II. ALAT DAN BAHAN

· Susu kedelai

· Gula pasir

· Susu skim

· Panci enamel

· Sendok kayu

· Gelatin

· Essence

· Starter campuran Lactobacullus bulgaris dan Streptococcus thermophyllus

III. PROSEDUR KERJA

1. Disiapkan 1 liter susu kedelai murni (belum ditambahkan gula dan essence).

2. Direbus pada 70 ºC selama 15-30 menit, tambahkan 50 gr gula pasir dan 50 gr susu skim sambil diaduk agar tidak gosong.

3. Didinginkan sampai suhu 45 ºC, ditambahkan sedikit essence dan 10 ml gelatin. Gelatin yang ditambahkan perlu disterilkan pada 121 ºC selama 10 menit.

4. Disiapkan starter campuran Lactobacillus bulgaris dan Streptococcus thermophyllus. Susu kedelai dengan suhu 45 ºC diinokulasikan secara aseptis dengan starter kemudian dicampur sampai merata.

5. Diperam. Suhu yang baik untuk pemeraman yoghurt adalah 45 ºC selama 4 jam, namun jika terpaksa pemeraman dapat dilakukan pada suhu kamar selama 12 jam. Inkubasi dihentikan bila sudah terlihat adanya pengentalan susu yang menggumpal secara pelan-pelan membentuk yoghurt.

6. Yoghurt yang dihasilkan dapat dikonsumsi. Apabil disimpan pada suhu 4 ºC yoghurt akan bertahan hingga 14 – 19 hari, sedangkan apabila disimpan pada suhu kamar yoghurt hanya memiliki daya simpan kirang dari 3 hari.

PEMBUATAN TEMPE

I. PENDAHULUAN

II. ALAT DAN BAHAN

· Panci

· Baskom

· Sendok kayu

· Plastik/daun pembungkus

· Kedelai

· Ragi tempe

· Tampah

III. PROSEDUR KERJA

1. Disiapkan kedelai bersih sebanyak 1 kg, dicuci, direndam selama 5-10 jam hingga lunak dan direbus setengah matang.

2. Dihilangkan kulitnya dengan cara digosok-gosokkan atau dengan cara lain sampai kulit kedelai bersih sama sekali.

3. Direndam kembali selama 5-12 jam untuk menghilangkan aroma dari kedelai dan dikukus hingga masak dan didinginkan dengan cara diratakan di atas tampah.

4. Setelah dingin, ditambahkan ragi tempe dan diaduk-aduk sampai rata menggunakan sendok kayu.

5. Dibungkus dengan daun pisang atau dimasukkan ke dalam palstik yang sudah diberi lubang-lubang kecil dan dibiarkan selama kira-kira dua hari dan siap dikonsumsi.

CATATAN

Ragi tempe dapat dibuat dari daum bekas pembungkus tempe atau tempe dipotong kecil-kecil lalu dikeringkan dan ditumbuk supaya dapat ditaburkan.

PEMBUATAN TAPE KETAN

I. PENDAHULUAN

Ragi tape merupakan medium yang baik bagi jamur amiloletik (pemecah pati) membentuk alkohol seperti Chlamudomucor oryzae, Mucor sp, Rhyzopus Oryzae, Hansenula sp, Saccharomyces cereviseae dan candida sp.

Fermentasi yang terjadi yaitu perubahan pati menjadi gula dan oleh ragi gula diubah menjadi alkohol sehingga ketan menjadi lunak, berair, manis dan berbau alkohol.

Reaksi:

2(C6H10O5)n + nH2O → n C12H22O11

Amilum/pati amilase maltosa

C12H22O11 + H2O → 2 C6H12O6

Maltosa maltase glukosa

C6H12O6 → 2 C2H5OH + CO2

Glukosa alkohol

II. ALAT DAN BAHAN

· Ketan hitam

· Ragi tape

· Panci untuk mengkukus

· Dandang

· Daun pisang

· Baki/tampah

· Toples

· Baskom

III. PROSEDUR KERJA

1. Beras ketan hitam yang telah dibersihkan dari kotoran dicuci dengan air bersih dan direndam dalam air selama satu malam (tiap 1 kg ketan hitam dibutuhkan 1,5 liter air untuk merendam).

2. Beras ketan yang telah direndam satu malam dikukus selama 15 menit lalu dibasahkan dengan 200-250 ml air untuk tiap kg beras ketan dan dikukus kembali selama 15 menit.

3. Beras ketan yang telah masak dipindahkan secara aseptik ke atas baki/tampah yang dialasi plastik/daun pisang sambil ditebarkan dan dibiarkan hingga dingin.

4. Setelah dingin ditaburi ragi tape yang telah digerus menggunakan saringan teh. Untuk 1 kg beras ketan dibutuhkan 1 butir ragi tape.

5. Dimasukkan ke dalam toples (jangan terlalu penuh), ditutup dan disimpan pada suhu kamar.

6. Setelah dua malam diperiksa isinya, bila sudah berbau alkohol dan mengeluarkan air berarti fermentasi sudah berlangsung.

PEMBUATAN TAHU

I. PENDAHULUAN

II. ALAT DAN BAHAN

· Kedelai putih

· Batu tahu atau asam cuka

· Kain penyaring

· Blender

· Panci

· Sendok

· Dll

III. PROSEDUR KERJA

1. Disiapkan 500 gram kedelai kering kemudian dicuci sampai bersih.

2. Direndam dalam air bersih selama 5 jam sampai kedelai menjadi lunak.

3. Diblender dengan penambahan air sebanyak 500 ml sampai benar-benar halus, kemudian direbus, buih yang timbul selalu dibuang, dibiarkan mendidih selama 30 menit.

4. Disaring dengan kain penyaring dan hasil saringan ditampung.

5. Hasil saringan ditambahkan larutan batu tahu atau asam cuka sambil terus diaduk sehingga sebagian besar cairan terkoagulasi/menjonjot. Cairan yang semula seperti susu akan berubah menjadi butiran-butiran kecil berwarna putih yang merupakan gumpalan tahu yang makin lama semakin membesar dan akhirnya menjadi gumpalan besar yang terapung.

6. Air di bagian bawah dibuang dengan cara disaring dengan cara sedikit ditekan agar sebagian besar air dapat keluar dari gumpalan tahu.

7. Tahu yang di dapat dipotong-potong dan siap digunakan sebagai bahan konsumsi.

PEMBUATAN SUSU KEDELAI

I. PENDAHULUAN

II. ALAT DAN BAHAN

· Kedelai putih

· Gula pasir

· Essence minuman

· Blender

· Baskom plastik

· Panci

· Kain penyaring

· Thermometer

III. PROSEDUR KERJA

1. Disiapkan 0,5 kedelai putih, disortir dengan cara perendaman dalam air selama 12 jam. Biji kedelai yang terapung dibuang dan biji kedelai yang terendam digunakan untuk proses selanjutnya.

2. Biji kedelai yang telah disortir dicuci sampai bersih dan direbus sampai matang, ditiriskan dan dikupas kulitnya.

3. Disiapkan 6 liter air bersih yang sudah dididihkan.

4. Kedelai matang tanpa kulit diblender halus dan dicampur dengan 6 liter air matang, diaduk agar semua sari kedelai dapat diekstrak.

5. Disaring dengan kain penyaring halus, dipasteurisasikan pada 70 ºC selama 15 menit, ditambahkan essence dan gula pasir sebanyak 0,5 kg pada akhir pasteurisasi sambil diaduk agar gula tidak gosong.

6. Didinginkan pada suhu kamar, bila terbentuk kepala susu dapat dibuang dengan cara diambil memakai sendok.

7. Siap dikonsumsi.

PEMBUATAN SELAI (JELLY)

I. PENDAHULUAN

Semua sari buah-buahan yang banyak mengandung pektin seperti nanas, jambu biji, albedo (kulit jeruk bagian dalam) dan lobi-lobi dapat digunakan sebagai bahan pembuat selai dnegan penambahan gula dan asam sitrat.

II. ALAT DAN BAHAN

· Panci enamel

· Pengaduk kayu

· Pisau

· Toples

· Bahan pengawet makanan

· Gula pasir

· Asam sitrat

· Zat warna makanan

· Buah berpektin

III. PROSEDUR KERJA

1. Buah yang akan dibuat selai dibersihkan, dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam panci enamel.

2. Tambahkan 1 liter air dan 2 gram asam sitrat untuk setiap kg buah kemudian direbus sampai mendidih selama setengah jam tanpa pengadukan.

3. Dibiarkan selama satu malam dan disaring, hasil saringan ditampung.

4. Ditambahkan 1 kg gula pasir dan 1 gram asam sitrat untuk setiap liter filtrat sari buah. Dapat juga ditambahkan zat warna makanan bila perlu.

5. Dipanaskan sambil diaduk terus menerus hingga tercapai kekentalan tertentu. Pemanasan dihentikan bila 1 tetes selai yang diteteskan pada piring dan didinginkan hampir tidak dapat mengalir.

6. Dibiarkan hingga suhu mencapai 70 ºC lalu dimasukkan ke dalam toples steril. Bila menghendaki selai yang lebih tahan lama, sebelum pemanasan dapat ditambahkan pengawet natrium benzoat sebanyak 0,01% dari berat selai kemudian distrilkan lagi selama 30 menit.

PEMBUATAN PICKLE MENTIMUN

I. PENDAHULUAN

Karena sayur-sayuran umumnya mudah mengalami kerusakan/busuk maka perlu diadakan proses tertentu untuk mengawetkannya, salah satunya adalah dengan proses fermentasi. Proses fermentasi pada sayur-sayuran adalah proses fermentasi asam laktat dimana bakteri dari familia Lactobacillaseae dan Enterobacteriaseae mengubah gula pada sayur-sayuran menjadi asam laktat.

Reaksi:

C6H12O6 → 2 CH3CHOHCOOH

CH3CHOHCOOH → CO2 + H2

atau

CH3CHOHCOOH → C2H5OH + CO2

Hasil fermentasi sayur-sayuran antara lain: saurkraut (kubis asam), sawi asin dan pickle/acar.

Pickle adalah hasil fermentasi asam laktat pada sayuran muda, misalnya mentimun. Penambahan garam berfungsi sebagai pencegahan terhadap pertumbuhan bakteri lain dan pengekstrak sari sayuran.

II. ALAT DAN BAHAN

  • Mentimun muda
  • Garam dapur
  • Toples kaca
  • Kain tipis

III. PROSEDUR KERJA

1. Disiapkan mentimun muda yang keras dan baik.

2. Dibersihkan dari kotoran tanpa dicuci, hanya direndam sebentar dalam air untuk menghilangkan tanah yang melekat pada kulit mentimun. Apabila mentimun dicuci akan mempengaruhi waktu fermentasi.

3. Mentimun dimasukkan ke dalam toples kaca yang berisi larutan garam dapur 10% sampai terendam. Tutup toples dengan kain tipis dan biarkan terjadi fermentasi selama 2 – 4 minggu. Setiap minggu garam ditambahkan ¼ - ½ % sampai mencapai 16%.

4. Selama fermentasi kepekatan larutan garam harus diamati dan lapisan putih pada permukaan harus dibuang. Suhu fermentasi dijaga ± 25 ºC.

5. Setelah fermentasi selesai, mentimun diangkat dan direndam dalam larutan garam 16% atau dapat langsung dikonsumsi.

PEMBUATAN NATA DE COCO

I. PENDAHULUAN

Air kelapa merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroba karena mengandung gula, senyawaan nitrogen, mineral dan vitamin. Dengan menggunakan mikroba yang cocok seperti Acetobacter xylinum, air kelapa dapat difermentasikan menjadi nata de coco.

Nata de coco merupakan suatu jenis campuran minuman segar dengan rasa dan tekstur yang khas seperti agar-agar dengan aroma kelapa, dapat dipakai sebagai pengganti es krim, pencampur dalam fruit cocktail dan termasuk makanan berserat tinggi (dietary fiber) sehingga sangat bermanfaat bagi fisiologi tubuh. Di pasaran umumnya dikenal dengan nama sari kelapa.

Secara umum nata adalah masa bakteri berupa selulosa hasil sintesis gila oleh bakteri pembentuk natam yaitu Acetobacter xylinum. Bakteri ini bersifat aerobik, merupakan bakteri asam asetat dan dalam medium cair dapat membentuk lapisan yang dapat mencapai ketebalan beberapa centimeter. Bakteri ini sendiri terperangkap dalam massa fibrilar yang dibuatnya. Untuk dapat menghasilkan massa yang tebal, kenyal, putih dan tembus pandang perlu kondisi yaitu suhu inkubasi, komposisi dan pH mediumnya.

pH medium yang baik sekitar 4 – 4,5 dengan suhu inkubasi 28 – 30 ºC. Selama pemeraman (8-15 hari), Acetobacter xylinum akan memanfaatkan gula sebagai sumber energi. Hasil samping yang terbentuk yaitu asam asetat akan menurunkan pH medium sampai 2,5 – 3, pada pH ini Acetobacter xylinum unggul terhadap bakteri lain, terutama bakteri pembusuk yang dapat mengganggu pembentukan nata.

II. ALAT DAN BAHAN

· Toples

· Bak plastik

· Kain kasa

· Panci enamel

· Starter acetobacter xylinum

· Air kelapa

· Gula

· Asam asetat glasial

· Na-benzoat

· Pengaduk kayu

III. PROSEDUR KERJA

1. Air kelapa disaring, dididihkan selama 10-15 menit, didinginkan dan ditakar sebanyak 1 liter.

2. Dicampur dengan 84 gram gula dan 21 ml asam asetat glasial kemudian diaduk.

3. Ditambahkan starter acetobacter xylinum sebanyak 100 ml, diaduk sampai rata dan dipindahkan ke dalam wadah/gelas yang luasnya 20-30 cm dengan ketebalan ± 15 cm.

4. Ditutup dengan kain kasa agar tidak dimasuki serangga tetapi dapat ditembus udara. Selama fermentasi berlangsung, wadah disimpan pada tempat yang datar dan tidak boleh digeser.

5. Setelah dua hari mulai terlihat lapisan tipis di atas permukaan yang semakin hari akan bertambah tebal dan dapat dipanen setelah ketebalannya mencapai ± 1,5 cm (8-15 hari).

6. Dipanen, direndam dalam air bersih selama 3 hari dan setiap hari air rendaman diganti agar sisa asam asetat tidak mengganggu rasa.

7. Dibuang lapisan yang menempel pada bagian bawah nata, diiris-iris berbentuk kubus, direbus selama 30 menit, ditirikan dan dicampur dengan larutan gula pasir dengan perbandingan 1 : 1 kemudian dibiarkan satu malam agar gula meresap.

8. Dididihkan selama 30 menit dan siap dikonsumsi.

PEMBUATAN ANGGUR SARI BUAH NANAS

I. PENDAHULUAN

Yang sesungguhnya anggur/wine adalah suatu minuman beralkohol yang rasanya manis, berbau harum dan dibuat dengan cara fermentasi cari buah anggur oleh suatu mikroorganisme, yaitu ragi (yeast) dari jenis Saccharomyces cerevisiae. Wine selain dari buah anggur dapat pula dibuat dari sari buah-buahan yang manis seperti nanas, apel, jeruk, tomat, mangga, pepaya, pisang dll. Hasil fermentasi berbau harum karena mengandung ester dari asam yang berasal dari buah-buahan dengan alkohol.

Reaksi:

C12H22O11 + H2O → 2 C6H12O6 → 4 C2H5OH + 4 CO2

II. ALAT DAN BAHAN

· Ragi roti (Saccharomyces cerviseae)

· Buah nanas

· Kertas pH

· Blender

· Kain penyaring

· Botol fermentasi lengkap dengan tutup dan pipa U

· Botol steril dengan tutup

· Thermometer

· Panci enamel

· Pisau

· Talenan

· Kapas

· Corong

III. PROSEDUR KERJA

1. Disiapkan buah yang masak dan tidak busuk, dikupas kulitnya, dicuci bersih dan diblender

2. Ditambahkan air sebanyak 40% dari berat buah, diaduk dengan sebagian air lalu disaring melalui kain penyaring. Ampas dalam kain penyaring diperas, diaduk dengan air yang disisakan tadi dan disaring kembali.

3. Diatur pH dari saringan menjadi ± 4,5. Bila pH kurang dari 4 ditambahkan NaHCO3 dan bila lebih dari 5 ditambahkan asam sitrat.

4. Larutan sari buah dipasteurisasikan pada suhu 70 – 80 ºC selama 30 menit, lalu didinginkan dan secara aseptik dipindahkan ke dalam botol fermentasi yang bersih.

5. Ditambahkan ragi roti (Saccharomyces cereciseae) sebanyak 1 gram untuk 1 liter sari buah. Botol fermentasi disumbat dengan karet/gabus berpipa “U” dan ujung pipa dimasukkan ke dalam air.

6. Dibiarkan pada suhu kamar selama 15 hari. Fermentasi berlangsung bila timbul gas CO2 yang terlihat dalam air berupa gelembung udara. Fermentasi akan berlangsung terus sampai gula dalam sari buah habis.

7. Apabila fermentasi telah selesai, larutan sari buah yang telah difermentasi disaring dengan menggunakan corong yang dilapisi kapas bersih. Anggur muda ini disimpan beberapa lama pada suhu rendah untuk mendapatkan rasa dan aroma yang lebih baik. Untuk memperoleh rasa manis dapat ditambahkan gula pasir sebanyak ± 10% (100 gr per liter) anggur. Sebagai pengawet dapat ditambahkan 300 mg natrium benzoat untuk tiap liter anggur.

8. Anggur disimpan dalam botol steril dan ditutup rapat.

06 Mei 2008

Pembersih Kaca

PEMBERSIH KACA

I. PENDAHULUAN

Penggunaan cairan pembersih kaca semakin menjadi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, kebutuhan akan cairan pembersih kaca dari waktu ke waktu semakin meningkat. Bangunan elit dan modern, seperti perumahan, hotel, perkantoran dan gedung-gedung bertingkat semakin bertambah. Bangunan-bangunan seperti itu umumnya dilengkapi dengan kaca-kaca. Hal ini sangat menjanjikan dan membei peluang untuk berkesempatan berusaha dalam bidang bisnis produk ini.

Produsen cairan pembersih kaca yang pada awalnya hanya didominasi oleh perusahaan besar, saat ini mulai diproduksi oleh perusahaan dalam skala rumah tangga, karena teknologi pembuatannya sangat sederhana serta menggunakan bahan-bahan yang mudah diperoleh dari toko-toko kimia.

Dalam uraian topik ini akan dijelaskan secara rinci mengenai landasan teori yang bersumber dari mata pelajaran kimia atau perkuliahan kimia, sehingga sangat cocok untuk penerapan kurikulum berbasis kompetensi, karena dapat mengkaitkan dengan jelas uraian materi pelajaran kimia dengan keterampilan life skill yang berbasis kimia hijau. Disebutkan pula jenis dan jumlah alat yang diperlukan cukup denga peralatan yang sangat sederhana sesuai dengan alat yang biasa digunaan untuk kebutuhan rumah tangga sederhana, dan bahan-bahan yang digunakan juga merupakan bahan-bahan yang banyak dipakai, selain mudah diperoleh di toko-toko kimia harganya pun reltif murah serta sederhana pembuatannya dan produk yang dihasilkan berkualitas sehingga memudahkan para pencoba yang akan menjadi produsen menyiapkan peralatan dan bahan. Prosedur kerja dijelaskan secara rinci dan mudah dipahami walaupun hanya dengan membaca buku ini tanpa simulasi, karena menggunakan bahasa pilihan yang pragmatis, operasional dan disertai gambar-gambar nyata sehingga lebih mempermudah cara pembuatannya. Diuraikan pula tindak lanjut pengembangan obyek (produk) yang meliputi nilai tambah produk dari sisi IPTEKS (SETS dan Seni) serta ekonomi, prospek pengembangan usaha meliputi prospek usaha yang dapat dikembangkan, langkah-langkah perintisan usaha, kalkulasi biaya peluang dan jalur pemasaran produk.


II. LANDASAN TEORI

Larutan alkohol dalam air, partikel-partikel zat terlarut berupa molekul. Begitu kecil ukuran molekul sehingga partikel-partikel zat terlarut tak pernah dapat dilihat dengan mata telanjang maupun dengan mikroskop elektron. Lain halnya dengan campuran dua komponen yang disebut sistem suspensi, seperti pasir dalam air, begitu besar partikel pasir sehingga mudah dilihat dengan mata telanjang. Karena kerapatan pasir lebih besar dari pada air maka akibat dari gaya gravitasi bumi pasir akan mengendap. Berbeda dengan ini adalah tepung atau pati yang dimasukkan kedalam air kemudian diaduk. Partikel-partikel tepung lebih besar dari partikel alkohol tetapi masih lebih kecil dari partikel pasir, akibatnya partikel tepung tidak mengendap tetapi tersebar secara merata dalam air. Sistem dalam keadaan seperti ini disebut sistem koloid.

Sistem koloid adalah termasuk salah satu bagian dari sistem dispersi. Sistem dispersi adalah suatu sistem dua komponen, dimana komponen yang satu tersebar dalam komponen yang lain. Bagian komponen yang tersebar yang jumlahnya sedikit disebut fasa terdispersi, sedang komponen yang banyak jumlahnya disebut mediumpendispersi. Menurut ukuran dari partikel fasa terdispersinya, sistem dispersi dibagi dalam tiga golongan, yakni:

a. Larutan sejati, jika diameter partikel <>-9 m

b. Koloid, jika diameter partikel antara 10-9 m

c. Suspensi, jika diameter partikel > 10-6 m

Sistem koloid mempunyai sifat-sifat menarik dan dijumpai secara luas dalam lingkup kimia terapan dan kimia industri, baik dalam proses pembuatan maupun hasilnya. Koloid dapat dibuat dengan dua cara, yakni cara dispersi dan kondensasi.

1. Cara Dispersi

Cara dispersi adalah pembuatan koloid dengan memperkecil zat terdispersi menjadi partikel-partikel koloid dengan cara:

a. Dispersi mekanik

Pada cara ini, partikel-partikel besar digerus menjadi partikel koloid dengan penggilingan

b. Dispersi elektrolitik

Pada cara ini dua elektroda logam (platina, emas atau perak) dimasukkan kedalam air. Dengan dialiri listrik berpotensial tinggi logam menguap dan mengkondensasi sebagai partikel koloid

c. Peptisasi

Pada cara ini partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid dengan cara menambah air atau peptisasi lain

2. Cara Kondensasi

Cara kondensasi adalah cara pembuatan koloid melalui reaksi kimia lebih dahulu. Terdapat 4 (empat) macam reaksi kimia yang menhasilkan koloid: Cara Reduksi, Cara Oksidasi, Cara Hidrolisa, Cara Dekomposisi Rangkap.

Kestabilan Koloid

Untuk menjaga agar dispersi koloid tetap stabil atau tidak berkoagulasi maka pada tiap tumbukan antara partikel koloid tidak sampai melekat satu sama lain. Sebab jika saling melekat maka partikel akan membesar dan akan mengendap karena gravitasi. Untuk mempertahankan keadaan partikel koloid ini digunakan zat pengemulsi. Pada koloid tipe emulsi seperti susu, partikel emulsi yang berupa lemak butirat dipertahankan oleh zat pengemulsi kasein. Demikian pada proses pencucian/pembersihan kaca maka lemak pada kotoran pada kaca diemulsi oleh cairan pencuci kaca.

Sedangkan salah satu macam koloid adalah emulsi, tipe koloid yang partikelnya cair dan medium pendispersinya juga cair, seperti pada pembuatan cairan pembersih kaca. Macam koloid yang lain adalah gel. Penggunaan koloid dapat dimanfaatkan dari sifat-sifatnya. Diantaranya adalah:

a. Prinsip pencucian

b. Pengendap cottrel

c. Penjernihan air

d. Pencetakan sarung tangan karet

e. Dialisis

Penggolongan Koloid

Koloid seperti kanji atau air sabun dapat dikeringkan dengan cara menguapkan. Jika kemudian kanji yang kering ini ditambah air maka akan diperoleh koloid lagi. Koloid ini bersifat reversible dan tergolong koloid atau sol liofil (= cinta pelarutnya). Sebalikya sol emas, besi (III) hidroksida dan arsen (III) sulfida bersifat tak reversible dan termasuk sol liofob (= takut pelarutnya). Sol liofil yang pelarutnya air disebut hidrofil, sedangkan sol liofob yang pelarutnya air disebut hidrofob.

Sifat-sifat Koloid

Beberapa sifat yang berhubungan dengan pembuatan cairan pembersih kaca adalah:

a. Sifat Adsobpsi

Materi zat dalam keadaan sebagai partikel koloid mempunyai permukaan yang sangat luas jika dibandingkan dengan keadaan zat sebelumnya. Jika diumpamakan sebuah kubus dibelah maka jumlah permukaan yang dimiliki zat bertambah sebanyak bekas belahannya. Jika benda itu dibelah terus sampai pecahannya sebesar partikel koloid tentu jumlah permukaan seluruh partikel sangatlah luas. Karena adesi antara partikel dengan molekul medium pendispersi terjadi pada permukaannya, maka makin luas jumlah permukaan, makin besar adesinya. Adesi partikel dengan zat lain pada permukaannya disebut adsorbsi.

b. Koloid Pelindung

Sol hidrofil lebih stabil terghadap elektrolit dari pada sol hidrofob. Karena itu, koloid seperti gelatin atau lem arab digunakan untuk mencegah pengendapan koloid hidrofob terhadap elektrolit. Koloid seperti gelatin ini disebut sol pelindung, karena melindungi koloid hidrofob terhadap koagulasi. Sebagai contoh adalah pen-stabilan sol emas yang hidrofob terhadap penambahan elektrolit NaCl dengan menambah gelatin.

c. Efek Tyndall

d. Gerakan Brown

e. Elektroforesis

f. Koagulasi


III. METODE PEMBUATAN

1. ALAT

a. Wadah/ember/baskom

Wadah digunakan untuk menampung bahan-bahan dan saat proses pembuatan (pencampuran bahan). Besarnya wadah disesuaikan dengan jumlah bahan yang dipakai selama proses pembuatan.

b. Timbangan

Timbangan digunakan untuk menakar bahan-bahan yang digunakan sehingga ketepatan jumlah bahan yang diperlukan sesuai kebutuhan. Untuk skala kecil, jangan menggunakan timbangan analitis karena harganya mahal. Sebaiknya, gunakan timbangan dengan kisaran 1 kg. Untuk skala rumah tangga gunakan timbangan dengan kisaran 10 kg dan skala menengah kisaran 100 kg

c. Pengaduk kayu

Alat ini digunakan untuk mengaduk campuran bahan selama proses pembuatan sehingga cairan menjadi homogen.

d. Botol

Botol digunakan untuk kemasan produksi. Selain botol plastik, dapat juga dipakai botol kaca atau stainless steel

2. BAHAN

a. Metanol

Metanol (metil alkohol) dengan rumus kimia CH3OH merupakan senyawa/larutan yang hampir mirip dengan alkohol (etanol). Bentuk metanol adalah cairan encer bening, tidak berwarna, mudah menguap, dan mudah terbakar. Jika metanol tidak ada, larutan ini dapat diganti dengan IPA (iso propil alhokol)

b. Amoniak

Ciri khas amoniak adalah gas yang aromanya menyengat dengan rumus kimia NH3. Mudah larut dalam air tetapi bau larutannya sama dnegan bau gasnya. Inilah sebabnya maka larutan amoniak dalam air yang sering disebut amonium hidroksida karena dianggap hasil reaksi antara NH3 dengan air dan tidak terbukti secara ilmiah. Bahan ini berbentuk cair tidak berwarna dan tidak terlalu kering. Konsentrasi amoniak yang dijual di pasaran cukup beragam, antara 25%, 40% dan 28%. Dengan demikian, jumlah amoniak dalamformula bisa bervariasi, tergantung kadar/konsentrasinya

c. Emal-70

Jumlah Emal-70 dalam formula yang diperlukan dalam pembuatan cairan pembersih kaca sangatsedikit namun keberadaannya sangat diperlukan. Secara kimia, Emal-70 termasuk golongan surfaktan alkil sulfat. Senyawa ini merupakan bahan inti pada produk cairan pembersih kaca. Bahan ini berbentuk pasta tidak berwarna dan bening. Jenis surfaktan ini mempunyai kemampuan mengeluarkan busa dalam jumlah cukup banyak dan mempunyai daya pembersih (cleansing ability) yang cukup tinggi. Kelarutannya dalam air mendekati 100% (larut sempurna), hanya kecepatan pelarutannya rendah. Artinya untuk melarutkannya membutuhkan waktu lama.

d. Pewarna

Warna cairan pembersih kaca yang umumnya beredar di pasaran adalah hijau, kuning, dan biru. Banyaknya jumlah pewarna yang digunakan tergantung selera masing-masing. Meskipun jumlah pemakaiannya sangat sedikit, keseragaman warna poduk harus dijaga. Itulah sebabnya pada penyusunan formula, bahan ini tidak dimasukkan dalam hitungan yang mengikat.

e. Parfum

Jenis parfum yang dipakai untuk cairan pembersih kaca harus memiliki kualitas dan aroma yang khas. Hal ini perlu dipertimbangkan mengingat konsumen dari produk ini mencerminkan golongan ekonomi tertentu di masyarakat.

f. Air

Air yang ideal digunakan adalah air sudah mengalami deionisasi (deionized water). Tujuannya untuk menjaga kestabilan produk. Akan tetapi, jika kondisi air di daerah bersangkutan tidak menimbulkan masalah serius, dapat digunakan air biasa (air tanah).

3. FORMULA

Membuat cairan pembersih kaca skala kecil ditujukan bagi pembaca yang hanya ingin menyalurkan hobi atau untuk digunakan sendiri. Juga dapat digunakan sebagai uji coba bagi peminat membuat produk skala besar. Berikut disajikan perhitungan prosentase bahan dalam arti prosentase berat per berat dari 1 kg keselurhan bahan:

Metanol 18% = 180 g

Emal-70 0,1% = 1 g

Amoniak(25%) 0,1% = 1 g

Pewarna = sangat sedikit (trace)

Parfum 0,3% = 3 g

Air 81,5% = 815 g

4. CARA PEMBUATAN

a. Timbang bahan baku sesuai dengan keperluan, lalu tempatkan dalam wadah yang telah disediakan. Masukkan air ke dalam wadah (sisakan sedikit untuk pembilasan Emal-70).

b. Masukkan pewarna (sebelumnya larutan dalam sedikit air), aduk sampai rata.

c. Masukkan metanol ke dalam wadah, aduk sampai rata.

d. Masukkan Emal-70 ke dalam wadah (sebelumnya diencerkan dengan sedikit air)

e. Masukkan amoniak, aduk hingga rata.

f. Masukkan parfum, aduk hingga rata.

g. Setelah cairan pembersih kaca selesai dibuat, lakukan kontrol kualitas.