Kategori Berita
Valentine's Day dan Senyawa Feromon
Sinly Evan Putra
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung
Jika anda bertanya kepada para remaja atau pasangan muda-mudi apa yang spesial di bulan Februari ? mungkin mereka akan langsung menjawab tanggal 14 Februari, alasan yang pasti karena tanggal tersebut diperingati sebagai hari Valentine (Valentine’s Day) atau makna lainnya sebagai hari kasih sayang. Di hari Valentine, biasanya pasangan muda-mudi akan saling menyatakan perasaan cintanya, ataupun saling menujukkan rasa sayangnya, dengan memberikan kartu ucapan, bunga mawar ataupun cokelat kepada orang yang dikasihinya.
Secara ilmiah, perasaan cinta dan kasih sayang yang timbul antara dua orang yang berlainan jenis tidak terlepas dari peranan senyawa-senyawa kimia yang membentuk rasa cinta diantara keduanya. Salah satu senyawanya adalah senyawa feromon.
Senyawa Feromon
Istilah feromon (pheromone) berasal dari bahasa Yunani yaitu phero yang artinya “pembawa” dan mone “sensasi”. Senyawa feromon sendiri didefinisikan sebagai suatu subtansi kimia yang berasal dari kelenjar endokrin dan digunakan oleh mahluk hidup untuk mengenali sesama jenis, individu lain, kelompok, dan untuk membantu proses reproduksi.
Senyawa feromon pada manusia terutama dihasilkan oleh kalenjar endokrin pada ketiak, wajah (pada telinga, hidung, dan mulut), kulit, dan kemaluan dan akan aktif apabila yang bersangkutan telah cukup umur (baligh). Sifat dari senyawa feromon sendiri adalah tidak dapat dilihat oleh mata, volatil (mudah menguap), tidak dapat diukur, tetapi ada dan dapat dirasakan oleh manusia. Senyawa feromon ini biasa dikeluarkan oleh tubuh saat sedang berkeringat dan dapat tertahan dalam pakaian yang kita gunakan. Menurut para peneliti dan psikolog, senyawa feromon dapat mempengaruhi hormon-hormon dalam tubuh terutama otak kecil manusia dan diklaim mempunyai andil dalam menimbulkan rasa ketertarikan manusia pada manusia yang lain, baik itu perasaan cinta, suka, gairah seksual, siklus haid, atau bahkan saat memilih mana orang yang dapat dijadikan teman yang cocok.
Cara Kerja Feromon
Senyawa feromon dapat menimbulkan rasa ketertarikan antara dua orang berlainan jenis dengan bekerja layaknya inisiator/pemicu dalam reaksi-reaksi kimia. Prosesnya adalah ketika dua orang berdekatan dan bertatapan mata, maka feromon yang kasat mata dan volatil, akan tercium oleh organ tubuh manusia yang paling sensitif yaitu vomeronasalorgan (VNO) yaitu organ dalam lubang hidung yang mempunyai kepekaan ribuan kali lebih besar daripada indera penciuman. Organ VNO ini terhubung dengan hipotalamus pada bagian tengah otak melalui jaringan-jaringan syaraf.
Setiap feromon berhembus dari tubuh, maka senyawa ini akan tercium oleh VNO dan selanjutnya sinyal ini akan diteruskan ke hipotalamus (yang mengatur emosi manusia) agar memberikan respon/tanggapan. Tanpa perlu menunggu lama hanya setiap sepersepuluh ribu detik, maka akan ada respon dari otak melalui perubahan psikologis tubuh manusia baik itu perubahan pada detak jantung (berdetak lebih kencang), pernafasan (beraturan atau tidak), temperatur tubuh (panas dingin), nafsu, peningkatan pada kalenjar hormon baik itu kalenjar keringat, dan kerja dari produksi hormon testoteron (pada laki-laki) atau hormon esterogen (pada wanita).
Faktor Senyawa Kimia Lain
Pada dasarnya proses pemberian respon dari hipotalamus untuk melakukan perubahan psikologis emosi saat berdekatan dengan orang yang dikasihi tidaklah sesederhana yang dibayangkan. Disini setelah senyawa feromon bertindak sebagai inisiator, maka selanjutnya hipotalamus akan merangsang pembentukan senyawa kimia lain yaitu senyawa phenyletilamine (PEA), dopamine, nenopinephrine, senyawa endropin, dan senyawa oksitosin. Senyawa-senyawa inipun akan bertindak sesuai fungsinya masing-masing. Senyawa PEA, dopamine, dan nenopinephrine memberikan respon tersipu-sipu atau malu ketika berpandangan dengan orang yang dicintai. Senyawa Endropin akan menimbulkan perasaan aman, damai, dan tentram. Sedangkan senyawa oksitosin berperan dalam membuat rasa cinta itu rukun dan mesra diantara keduanya.
Selanjutnya efek dari senyawa feromon dan senyawa-senyawa kimia lain terhadap tubuh manusia dapatlah disamakan dengan efek narkoba. Senyawa-senyawa ini akan membuat seseorang kecanduan sehingga ingin melihat pasangannya atau orang idamannya sesering mungkin. Perasaan jatuh cinta ini selang beberapa waktu akan menghilang sedikit demi sedikit. Hal ini disebabkan produksi senyawa tersebut tidak berlangsung terus menerus, kemampuan tubuh menghasilkan senyawa itu mulai berkurang setelah dua sampai empat tahun. Akibatnya, rasa tertarik pada seseorang pun mulai meluntur, terutama ketika tubuh tidak lagi memenuhi kebutuhan PEA. Pada saat rasa ketertarikan itu kian meluntur, maka otak akan tetap berusaha untuk memproduksi senyawa oksitosin selama kedua pasangan berusaha untuk saling menyayangi dan setia.
Penutup
Cara pandang kita melihat Valentine’s Day berbeda antara setiap orang bergantung dari bidang keilmuannya masing-masing. Orang ekonomi mungkin berpandangan bahwa Valentine’s Day merupakan hari dimana omset penjualan kartu ucapan akan meningkat dengan tajam, orang sejarah melihat Valentine’s Day sebagai hari dimana ada ritual perayaan kesuburan pada zaman Athena Kuno atau peringatan terhadap kematian Santo Valentinus sebagai martir pada zaman Kaisar Claudius II. Orang politik memandang Valentine’s Day sebagai hari dimana mereka harus libur untuk saling sikut memperebutkan jabatan politik, dan lain sebagainya.
Sedangkan orang kimiawan seperti penulis sebagaimana telah dijelaskan diatas akan memandang Valentine’s Day sebagai hari simbolis dimana senyawa feromon akan aktif bekerja jika ada dua orang yang saling jatuh cinta. Tetapi sebelum mendekati pasangan anda untuk menyatakan cinta atau sayang anda padanya pastikan terlebih dahulu anda tidak memakai pakaian tebal, karena pakaian tersebut dapat menghalangi terciumnya senyawa feromon oleh pasangan anda. Jadi untuk anda pasangan muda-mudi, selamat memperingati hari simbolis kasih sayang; Feromon’s Day.
(Disarikan dari pelbagai sumber)
DAFTAR PUSTAKA
1. Fessenden, Ralp J. dan Fessenden, Joan S. 1986. Kimia Organik Jilid 2. Alih Bahasa oleh Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Penerbit Erlangga. Jakarta.
2. Putra, Sinly Evan. 2005. Aliran Kimiawi Cinta. Diakses tanggal 5 Februari 2007 Pukul 14.30 WIB (Situs Web Kimia Indonesia)
3. Ismunandar. 2006. Romansa Kimia. Diakses tanggal 5 Februari 2007 Pukul 14.30 WIB (Situs Web Harian Kompas)
4. Andriani, Herni. 2004. Aroma Feromon Pemicu Rasa Cinta; Rasa Cinta Hanya Bertahan 4 Tahun. (Situs Web Surat Kabar Pikiran Rakyat)
5. Hari Valentine. Diakses tanggal 5 Februari 2007 Pukul 14.30 WIB (www.wikipedia.org)
6. Jatuh Cinta. Diakses tanggal 5 Februari 2007 Pukul 14.30 WIB (www.wikipedia.org)
7. Feromon. Diakses tanggal 5 Februari 2007 Pukul 14.30 WIB (www.wikipedia.org)
8. Feromon Kuasa Kimia Tubuh. Diakses tanggal 5 Februari 2007 Pukul 14.30 WIB (http://pnerus.parti-pas.org/)
9. Yudiono, Herman. 2002. Cinta: Dari Hidung Turun Ke Hati. Diakses tanggal 5 Februari 2007 Pukul 14.30 WIB (Situs Web Harian Kompas)
10. Iskandarwati, Hani. 2005. Dari Mana Datangnya Cinta. Diakses tanggal 5 Februari 2007 Pukul 14.30 WIB (Situs Google.com; kata kunci, Cinta)
11. Yud1. 2006. Fungsi Cinta yang Invertible. Diakses tanggal 5 Februari 2007 Pukul 14.30 WIB (Situs Google.com; kata kunci, Cinta)
12. Menyibak Misteri Siklus Haid Perempuan. Diakses tanggal 5 Februari 2007 Pukul 14.30 WIB (Situs Web Harian Umum Sinar Harapan)
13. Sumeleh. 2007. Jatuh Cinta dan Antinya. Diakses tanggal 5 Februari 2007 Pukul 14.30 WIB (Situs Google.com/kata kunci: Cinta)
14. Boe. 2006. Dilema : Cinta, Lucu. Diakses tanggal 5 Februari 2007 Pukul 14.30 WIB (Situs Google.com/kata kunci: Cinta)
15. Maryani, Herti. 2003. Minyak Cinta : Mengugah Gairah. Diakses tanggal 5 Februari 2007 Pukul 14.30 WIB (Situs Kompas Cyber Media)
16. Fajarini, Elok. 2006. Hasrat Ingin Dicintai. Diakses tanggal 5 Februari 2007 Pukul 14.30 WIB (Situs Google.com/kata kunci: Cinta)
17. Martono, Edhi. Feromon, Allomon, Keromon, Sistem Komunikasi Serangga. Materi Kuliah Fisiologi Serangga. Diakses tanggal 5 Februari 2007 Pukul 14.30 WIB (Situs Google.com/kata kunci: Feromon)
18. Winarka, Koko. 2001. Perangkap Feromon Sex untuk Penggerek Batang Padi. Buletin Lembaran Informasi Pertanian (Liptan). Departemen Pertanian. Jakarta
19. Yahya, Harun. 2002. Keajaiban pada Semut. Penerbit Dzikra. Jakarta
20. Pemanfaatan Feromon Sex dalam Pengendalian Ulat Bawang. 2006. Diakses tanggal 5 Februari 2007 Pukul 14.30 WIB (Situs Web Biogen Online)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar