Komponen Tubuh
Kandungan air dalam tubuh bervariasi antara 45 � 70 % dari bobot tubuh. Di dalam air terkandung elektrolit dan zat terlarut. Elektrolit merupakan komponen yang terdisosiasi menjadi ion dalam larutan. Sodium merupakan kation utama dalam cairan ekstrasellular, sedangkan potassium merupakan kation utama dalam cairan intrasellular (Maughan dan
Tabel 1. Konsentrasi elektrolit dalam tubuh
Komponen | Keringat (mmol/l) | Plasma (mmol/l) | Intrasellular (mmol/l) |
Sodium | 20 � 80 | 130 � 155 | 10 |
Potassium | 4 � 8 | 3,2 � 5,5 | 150 |
Calcium | 0 � 1 | 2,1 � 2,9 | 0 |
Magnesium | <> | 0,7 � 1,5 | 15 |
Chlorida | 20 � 60 | 96 � 110 | 8 |
Bikarbonat | 0 � 35 | 23 � 28 | 10 |
Phosphat | 0,1 � 0,2 | 0,7 � 1,6 | 65 |
Sulphat | 0,1 � 2,0 | 0,3 � 0,9 | 10 |
Sumber : Maughan (2001).
Kebutuhan Tubuh Saat Olahraga
Kelelahan yang terjadi selama olahraga berat disebabkan oleh berkurangnya glikogen otot (Bergstrom et al., 1967), konsentrasi gula darah (Coyle et al., 1986), dan dehidrasi (Sawka dan Pandolf, 1990). Menurut Maughan dan
Atlit memerlukan waktu 24 hingga 48 jam untuk memulihkan simpanan glikogen pada otot dan hatinya. Laju pembentukan glikogen kembali setelah olahraga ditentukan oleh jumlah pasokan karbohidrat (Ivy, 1998).
Kehilangan keringat selama olahraga bervariasi antara 0,4 � 2,6 liter per jam tergantung individu dan jenis olahraga (Rehrer dan Burke, 1996). Kehila�ngan keringat menyebabkan atlit kehilangan mineral-mineral tubuh dan chlorida. Mineral-mineral tersebut adalah sodium (sebagian besar), potassium, magnesium, iron dan zinc. Sodium berfungsi untuk mengatur pH darah, keseimbangan cairan dan tekanan osmosis sehingga tidak terjadi pengerutan sel akibat perbedaan tekanan. Potassium berfungsi untuk mengatur pH, keseimbangan cairan dan tekanan osmosis pada cairan intraselluler. Magnesium berfungsi dalam relaksasi otot. Kehilangan keringat dapat mempengaruhi keseimbangan elektrolit tubuh (Maughan dan
Kehilangan keringat juga dapat menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi akan mengakibatkan peningkatan suhu tubuh secara drastis (hyperthermia) sehingga mempengaruhi daya tahan atlit. Penelitian menunjukkan bahwa atlit menghentikan olahraganya pada saat suhu tubuh mencapai 39,7 � 0,15 �C (Nielsen et al., 1993).
Kehilangan keringat dapat menyebabkan kehilangan air dan mineral sehingga tekanan osmotik plasma darah akan naik sedangkan volume cairan tubuh akan turun. Peningkatan tekanan osmotik atau penurunan volume cairan tubuh dapat menyebabkan peningkatan rasa haus (Ramsay, 1989).
Menurut Leiper (1997), minuman dapat digunakan sebagai pemasok nutrient. Nutrient yang dipasok lewat cairan (minuman) akan lebih mudah di�serap dibanding nutrient yang dipasok lewat padatan (makanan).
Konsumsi air putih setelah olahraga menyebabkan penurunan konsentrasi sodium dalam plasma (water intoxication). Penurunan konsentrasi ini dapat mengurangi pelepasan arginin vasopressin (antidiuretic hormone) sehingga dapat mengurangi rasa haus (sekaligus mengurangi jumlah konsumsi air) dan merangsang pengeluaran urin yang berakibat pada tertundanya proses rehidrasi (Maughan dan
Formulasi Minuman Olahraga
Menurut Maughan dan
� Mendorong atlit untuk mengonsumsi cairan
� Merangsang penyerapan cairan secara cepat
� Memasok karbohidrat untuk meningkatkan performance atlit
� Menambah respon fisiologis
� Mengembalikan cairan (rehidrasi) secara cepat
Aroma dan rasa minuman yang enak dapat mendorong atlit untuk m�e�ng�kon�sumsi cairan. Sifat organoleptik minuman olahraga harus disesuaikan de�ngan respon sensori dari orang yang sedang melakukan aktifitas fisik (Maughan dan
Menurut Maughan dan
Rehidrasi tercapai jika kehilangan sodium dan cairan (melalui keringat) telah terganti. Sodium sebanyak 20 - 60 mmol/l (terutama 50 - 60 mmol/l) dan cairan (125 - 150 % dari keringat yang keluar) memberi efek yang menguntungkan dalam proses rehidrasi (Maughan dan
Konsentrasi dan jenis asam dapat mempengaruhi laju pengosongan ginjal. Asam dengan bobot molekul rendah dapat lebih menghambat laju pe�ngosongan lambung dibanding asam berbobot molekul tinggi (Hunt dan Knox, 1968).
Menurut Maughan dan
Menurut Maughan dan
Osmolality adalah jumlah partikel dalam larutan (Maughan dan Murray, 2001), sedangkan Dr. Graham Jones dari The Institute of Laboratory Medicine (2000) menjelaskan bahwa osmolality merupakan jumlah total partikel dalam larutan dan setara dengan jumlah molalitas dari semua senyawa terlarut. Dalam sistem biologis, molalitas (mol/kg) dan molaritas (mol/l) adalah setara karena densitas air adalah 1 kg/l, ke�cuali dalam kondisi khusus. Pete Smith dari The University of Liverpool (1998) mencontohkan bahwa 1 mol NaCl yang dilarutkan dalam 1 liter air, konsentrasinya menjadi 1 mol/l dengan osmolality sebesar 2 osm/l karena NaCl terdisosiasi ke dalam Na+ dan Cl- (2 partikel), sedangkan Na2SO4 yang terdisosiasi ke dalam Na+, Na+ and SO42-akan menghasilkan 3 osm/l.
1 komentar:
o....ternyata cibot tu miliknya pak roni to.., masih ingat dengan nailla gak pak?
tulisan pak roni membantu saya dalam penyelesaian laporan blok 2, tentang sistem kardiovaskuler yang berkaitan dengan hubungan penggunaan minuman isotonis..
wah pak sekarang, pak roni kabarnya gimana?
nailla kangen sama SMK YAPHAR
HIKZ....hikz...
oh ya pak laptopku baru lhoo
Posting Komentar